Petani tembakau di Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah siap beralih menanam komoditas kopi. Selain mengantisipasi
apabila terjadi pembatasan pertanian tembakau, para petani merasa komoditas
kopi lebih menguntungkan dan bisa panen berulang kali hanya dengan sekali
tanam.
Memanen Kopi (Foto : wawasan.co) |
Bahkan kini telah tumbuh kawasan-kawasan desa wisata di Temanggung yang menyuguhkan kopi sebagai daya tarik utama, selain keindahan alamnya. Para petani menganggap pertanian tembakau tidak lagi terlalu menguntungkan secara finansial karena harga tembakau yang tidak stabil serta adanya permainan dari para tengkulak.
Dalam sebuah diskusi yang
digelar Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M)
Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM) pada Septermber 2018 lalu juga
terungkap para petani sadar yang justru menikmati hasi justru para pedagang dan
pabrik rokok.
Seorang warga Desa Tlahap,
Kledung, Kabupaten Temanggung menuturkan suka duka menanam tembakau. Kini kebun
miliknya telah ditanami kopi dan siap panen. Ia pun mulai menikmati hasilnya,
setiap hari Ahad ia sibuk melayani para pembeli minuman kopi yang ingin
menikmati di kafe yang dibangun di tengah kebun kopi.
Seperti dikutip suaramerdeka.com, Yamidi, seorang mantan
petani tembakau menjelaskan, di desanya kini telah ada sekitar 15 merek kopi
ternama hasil produksi petani. Saat ini tanaman kopi tersebut masih ditanam di
sela-sela pohon tembakau, sehingga memiliki aroma tembakau.
Dari hasil diskusi yang
digelar oleh UMM tersebut, memberikan pencerahan kepada para petani tembakau
untuk tidak anya bertani secara monokultur mengandalkan tembakau. Tetapi sudah mulai ada kesadaran
untum menerapkan pertanian multikultur, bahkan dalam kesempatan tersebut dibentuk
Forum Petani Multikultur Indonesia (FPMI).
Satu di antara sikap yang
dinyatakan bersama dalam diskusi tersebut ialah, tembakau bukanlah komoditas yang menguntungkan petani. Meskipun
sebagai pangsa pasar ketiga terbesar di dunia dalam hal rokok, nyatanya para
petani tembakau tidak menikmati hasilnya. Keuntungan hanya didapatkan para
pedagang dan perusahaan rokok.
Selain itu dalam berbagai
penelitian dinyatakan rokok menimbulkan berbagai penyakit. Tingkat belanja
untuk konsumsi rokok pada golongan miskin lebih tinggi ketimbang alokasi dana
untuk kesehatan dan pendidikan. [e]
Sumber:
kabarbisnis.com, suaramerdeka.com