Kulon Progo - Hari Selasa di MTsN 4 Kulon Progo kali ini ada yang berbeda. Siswa kelas IX berbusana adat Jawa lengkap dengan atribut keris bagi siswa laki-laki. Pasalnya, hari Selasa (25/2) berlangsung ujian praktik Bahasa Jawa. Para siswa sedari pagi telah menyiapkan diri dari cara berbusana, berjalan, hingga mempersiapkan tembang macapat.
Uji praktik keterampilan Bahasa Jawa terdiri dari beberapa aspek penilaian. Pertama, busana yang dikenakan dengan kategori busana adat Jawa gagrak Ngayogyakarta. Untuk penilaiannya, tim penguji menekankan kepada bagaimana siswa memilih jenis kebaya, memakai kain jarik, mewiru, hingga kendhit yang dipakai. Selain itu, penguji juga mensyaratkan agar siswa mampu membawa diri sesuai dengan busana yang dikenakan, mulai dari cara berjalan dan cara berdiri (ngapurancang).
Kedua, aspek keterampilan berbicara dalam bahasa Jawa, yang kelak akan mereka gunakan ketika berada di tengah masyarakat, antara lain keterampilan berbicara untuk keperluan ngaturi katresnan dan juga ulem-ulem. Penguji juga mensyaratkan bahwa siswa harus membawakannya mulai dari kulonuwun hingga pamitan.
Ketiga, aspek keterampilan berkesenian Jawa. dalam hal ini, penguji menghendaki siswa siswi MTsN 4 Kulon Progo terampilan dalam menyanyikan tembang Jawa yang adiluhung dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Sedangkan aspek penilaian yang keempat adalah keterampilan menulis Aksara Jawa.
“Kanti ujian praktik Basa Jawa kaajab para siswa saged nuwuhaken raos mongkog handarbeni kabudayan Jawa ingkang adiluhung mboten kawon kalian budaya manca,” demikian tutur kepala MTsN 4 Kulon Progo, Drs. Sukarlan yang juga seorang pencinta budaya Jawa. “Kaping kalihipun, nggladhi para siswa nresnani nguri-uri nglestantunaken ngrembakakaken kabudayan Jawa. Sahingga saget ngecakaken wonten panggesangan bebrayan ing masyarakat padintenan,” tambahnya.
Ia sangat berharap anak-anak madrasah menjadi generasi yang mencintai dan menggunakan Bahasa Jawa dengan sebaik-baiknya. Itu artinya memahami budaya Jawa.
Jangan sampai terjadi wong jowo ilang jawane, begitu tutur Sukarlan, Kepala MTsN 4 Kulon Progo. “Sebab begitulah kita orang Jawa, menjunjung tinggi adab dan tata karma, terlebih kepada yang lebih tua,” tambahnya. (siw)
Sumber: diy.kemenag.go.id
Uji praktik keterampilan Bahasa Jawa terdiri dari beberapa aspek penilaian. Pertama, busana yang dikenakan dengan kategori busana adat Jawa gagrak Ngayogyakarta. Untuk penilaiannya, tim penguji menekankan kepada bagaimana siswa memilih jenis kebaya, memakai kain jarik, mewiru, hingga kendhit yang dipakai. Selain itu, penguji juga mensyaratkan agar siswa mampu membawa diri sesuai dengan busana yang dikenakan, mulai dari cara berjalan dan cara berdiri (ngapurancang).
Ketiga, aspek keterampilan berkesenian Jawa. dalam hal ini, penguji menghendaki siswa siswi MTsN 4 Kulon Progo terampilan dalam menyanyikan tembang Jawa yang adiluhung dan sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Sedangkan aspek penilaian yang keempat adalah keterampilan menulis Aksara Jawa.
“Kanti ujian praktik Basa Jawa kaajab para siswa saged nuwuhaken raos mongkog handarbeni kabudayan Jawa ingkang adiluhung mboten kawon kalian budaya manca,” demikian tutur kepala MTsN 4 Kulon Progo, Drs. Sukarlan yang juga seorang pencinta budaya Jawa. “Kaping kalihipun, nggladhi para siswa nresnani nguri-uri nglestantunaken ngrembakakaken kabudayan Jawa. Sahingga saget ngecakaken wonten panggesangan bebrayan ing masyarakat padintenan,” tambahnya.
Ia sangat berharap anak-anak madrasah menjadi generasi yang mencintai dan menggunakan Bahasa Jawa dengan sebaik-baiknya. Itu artinya memahami budaya Jawa.
Jangan sampai terjadi wong jowo ilang jawane, begitu tutur Sukarlan, Kepala MTsN 4 Kulon Progo. “Sebab begitulah kita orang Jawa, menjunjung tinggi adab dan tata karma, terlebih kepada yang lebih tua,” tambahnya. (siw)
Sumber: diy.kemenag.go.id