Gunungkidul - Suasana berbeda terlihat pada upacara bendera hari Senin, (02/03/20) di halaman MTsN 8 Gunungkidul. Setelah pemimpin upacara membubarkan barisannya, mereka tidak segera meninggalkan tempat upacara. Sebuah agenda perpisahan telah menanti. Sebuah keniscayaan, bahwa ada pertemuan tentu pasti ada perpisahan.
Demikian yang terjadi pada saat itu. Salah satu pendidik favorit di mata anak-anak, Drs. Suratman, guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MTsN 8 telah purna tugas dalam mengemban kewajibannya. Sampai dengan hari Sabtu ( 29/02/20) dia telah mengabdi menjadi guru genap 28 tahun lamanya. Bukan usia yang pendek baginya untuk begitu saja meninggalkan hiruk pikuk dunia persiswaan. Inilah yang membuat suasana haru itu meliputi siswa MTsN 8 Gunungkidul.
Dalam sambutan kata pamitnya, Suratman sempat berpesan kepada siswa untuk selalu menghormati guru. "Hormatilah gurumu, tanpa kecuali. Karena merekalah yang akan membantumu, sekarang dan kelak," pesannya. Di tengah terik matahari pagi itu, para siswa terlihat takzim menyimak pesan gurunya.
Bahkan beberapa di antara mereka tersedu-sedu. Momen ini tentunya tidak bisa dihindari karena betapa siswa merasa kehilangan salah satu sosok bapak yang disegani. Seperti juga diungkapkan oleh Eva ketika mewakili teman-temannya dalam memberikan ucapan terima kasih dan selamat jalan. "Kami merasa sangat berat ditinggalkan bapak Suratman. Sosok bapak guru yang disiplin, gigih, dan tegas akan meninggalkan kami," ungkap Eva, Sekretaris OSIS MTsN 8.
Purna tugas merupakan suatu hal yang tidak akan dapat dihindari. Sebagai sebuah keniscayaan, maka hal tersebut pasti akan dihadapi oleh siapa saja. Siapapun berharap, selepas purna ini masih tetap bisa mendedikasikan keilmuannya terutama untuk keluarga dan masyarakat. Karena pada intinya mendedikasikan ilmu di masyarakat yang lebih heterogen itu akan lebih sulit. Sesulit apapun akan tetap mendapat nilai di prosesnya. (mmn)
Sumber: diy.kemenag.go.id
Dalam sambutan kata pamitnya, Suratman sempat berpesan kepada siswa untuk selalu menghormati guru. "Hormatilah gurumu, tanpa kecuali. Karena merekalah yang akan membantumu, sekarang dan kelak," pesannya. Di tengah terik matahari pagi itu, para siswa terlihat takzim menyimak pesan gurunya.
Purna tugas merupakan suatu hal yang tidak akan dapat dihindari. Sebagai sebuah keniscayaan, maka hal tersebut pasti akan dihadapi oleh siapa saja. Siapapun berharap, selepas purna ini masih tetap bisa mendedikasikan keilmuannya terutama untuk keluarga dan masyarakat. Karena pada intinya mendedikasikan ilmu di masyarakat yang lebih heterogen itu akan lebih sulit. Sesulit apapun akan tetap mendapat nilai di prosesnya. (mmn)
Sumber: diy.kemenag.go.id