Suara
Gajah Mada – Suara pesawat terbang terdengar jelas dari
lahan Bagas, lelaki asal Klaten yang dinyatakan sebagai petani panutan oleh Kementerian
Pertanian. Awalnya ia tidak berpikir muluk-muluk untuk meraup untung. Baginya memberi
lapangan kerja kepada warga sekitar sudah merupakan kebahagiaan tersendiri.
Bermula dari lahan seluas 3000
meter, di
Rawa Lini, Teluk Naga, Tangerang ia memulai bertani pada 2004. Dengan keuletan, usahanya terus
berkembang. Ia pun kemudian meluaskan lahan dengan menyewa kepada perusahaan pemilik
lahan di sekitarnya. Kini ia mengelola tak kurang dari 26 hektar lahan.
Selain memberikan lapangan
kerja bagi warga sekitar, ia pun mengajak para pemuda yang masih menganggur
untuk bergabung. Tidak sedikit di antara mereka sebelumnya merupakan preman,
terbiasa mabuk dan bertato. Bersama Bagas, para pemuda itu bekera sekaligus
belajar bertani. Sebagian mereka yang sudah mampu mandiri, kemudian membuka
lahan sendiri dan mulai berwirausaha.
Tentang langkahnya mengajak
para pemuda yang dianggap sebagai para pemuda nakal, Bagas berkaca pada
kondisinya sebelum berwirausaha. "Saya berpikir pengalaman pribadi,
lontang-lantung, mabuk, itu kan yang saya alami dan saya merasa, bagaimana ya
cara untuk mendekati mereka, jangan sampai mereka meminta-minta lagi,"
ujar Bagas sebagaimana dikutip BBC.com
Usahanya tidak selalu berjalan
mulus. Pada tahun 2007 lahannya disapu banjir saat hampir panen. Tetapi ujian
itu tidak menghentikan langkahnya. Kini, lahan pertanian yang terletak di kota
ini menjadi tujuan lokasi belajar dari dinas pertanian dari berbagai daerah.
Petani
Inspiratif Itu Mantan Preman
Bagas mengaku, sebelum bertani
ia pernah menjajal banyak profesi. Menjadi kondektur, porter bandara hingga
penjual buah dan sayur. Bahkan ia pun mengaku sempat menjadi preman dan gemar
judi.
Selepas menamatkan sekolah
kejuruan di Klaten, Bagas menyusul kedua orang tuanya ke Jakarta. Ia membantu
ibunya berjualan sayur di pasar. Saat menjadi penjual buah dan sayur inilah
nama Bagas mulai dikenal karena mengutamakan kualitas sayur dan buah yang
dijualnya.
Sehingga para pedagang di
pasar banyak yang minta ke Bagas agar disetori dagangan. Melihat peluang itu,
ia kemudian berpikir untuk menanam sendiri buah dan sayur untuk dijual ke
pasar.
Menurutnya, satu di antara
kunci sukses pertanian itu, tidak asal menanam. Tetapi harus benar-benar
dirawat agar kualitasnya bagus. Selain itu, jika sudah berani masuk sebagai
suplier maka selain menjaga kualitas, juga harus memiliki kuantitas yang cukup
dan kontinyu.
Kini dengan segala yang
diupayakan, Bagas telah mampu menjadi panutan dan inspirasi bagi para petani
muda. Menciptakan lapangan kerja serta turut memakmurkan lahan-lahan yang
selama ini tidak terurus. Dibutuhkan banyak petani semacam Bagas, agar negeri
ini bisa berdaya secara nyata, bukan sekedar retorika. [e]
Silakan tonton Video tentang
Bagas, liputan dari BBC Indonesia. Video Bagas, Mantan Preman Kini Menjadi Petani Panutan