-->

Terasponik, Potret Sarjana Psikologi ‘Membelot’ Jadi Petani

Pertanian hidroponik masih jarang dikembangkan di Indonesia. Selain stigma peralatan yang mahal, pertanian hidroponik juga dianggap rumit dalam perawatan. Padahal model pertanian ini memiliki banyak kelebihan dibanding pertanian konvensional lainnya.

Terasponik, Potret Sarjana Psikologi ‘Membelot’ Jadi Petani
Cap Capung


Adalah Fariz Fajrin yang rela meninggalkan bidang ilmu Psikologi yang telah dipelajarinya untuk beralih menekuni pertanian organik. Langkah Fariz terbilang cukup nekad, selain harus mampu meloby orang tuanya yang tetap ingin agar Fariz kerja sesuai bidangnya, ia juga terkendala keterbatasan lahan ketika memulai.

Maklum, ia tinggal di kawasan cukup padat di wilayah Ngaglik Sleman. Maka proyek hidroponik yang dilakukannya terbilang ekstrem, yakni memanfaatkan lantai atas serambi Masjid!

Terasponik, Potret Sarjana Psikologi ‘Membelot’ Jadi Petani


Usahanya ternyata tidak sia-sia, dengan metode pertanian hidroponik ia mampu mensiasati terbatasnya lahan untuk bertani. Tanaman sayur-sayuran yang ia rawat bisa tumbuh dengan baik. Bahkan kini ia berhasil mengembangkan usahanya dengan membuka lahan yang lebih luas di daerah Tempel Sleman.
Berawal dari keprihatinannya akan lahan pertanian yang kian sempit, ia bertekad mewujudkan pertanian yang berkelas dan digemari namun hasilnya bisa dirasakan oleh semua.

Terasponik, Potret Sarjana Psikologi ‘Membelot’ Jadi Petani


Karenanya Fariz tidak langsung menjual hasil panen hidroponiknya ke supermarket atau restoran. Tetapi ia tawarkan ke pedagang sayur, menurutnya masyarakat berhak mendapatkan sayuran yang sehat.
Kini dengan kegigihannya Fariz telah mampu mengembangkan Teras Ponik. Tidak hanya menanam sayuran, ia juga aktif mengedukasi masyarakat akan pertanian sehat. Bersama istrinya, Fariz mengelola lahan yang cukup luas. 


Selain itu ia juga menyediakan paket peralatan instalasi hidroponik serta melayani konsultasi bagi masyarakat atau komunitas yang ingin serius menanam dengan model hidroponik.
Simak kisahnya di video berikut (Sumber: Cap Capung)


LihatTutupKomentar