-->

Jogja Tetulung Wujud Kepedulian Masyarakat Yogyakarta

Nama Jogja Tetulung tiba-tiba menjadi perbincangan hangat setelah para pegiatnya berani membeli cabai hijau hasil panen petani di Kretek Bantul dengan harga dua kali lipat dari harga di pasaran. Saat itu para petani cabai di Bantul sedang terpukul, harga jual cabai di pasaran tidak masuk akal karena hanya dihargai Rp3.500 per kilo.

Jogja Tetulung Wujud Kepedulian Masyarakat Yogyakarta
Jogja Tetulung (Foto: Tri Antoro Sholeh)


Bisa dibilang, ini jauh dari ongkos produksi yang dikeluarkan para petani. Hingga membuat petani di ambang bangkrut. Beruntung Jogja Tetulung hadir untuk memberikan solusi. Mereka kemudian membuat dokumentasi berupa video dan foto kemudian mengunggah di media sosial Facebook.

Jogja Tetulung Wujud Kepedulian Masyarakat Yogyakarta
Jogja Tetulung (Foto: Tri Antoro Sholeh)


Aksi ‘heroik’ tersebut mendapat sambutan antusias dari masyarakat. Banyak yang kemudian berpartisipasi dengan membeli cabai hasil panen dengan harga di atas rata-rata. Para pembeli itu bersedia membeli dengan harga Rp7000-10.000 per kilogram. Kabarnya, Jogja Tetulung sampai kewalahan untuk mengantar pesanan kepada konsumen.

Jogja Tetulung Wujud Kepedulian Masyarakat Yogyakarta
Jogja Tetulung (Foto: Tri Antoro Sholeh)


Tentu ini sebuah anomali, bagaimana mungkin orang mau membeli barang dengan harga lebih mahal ketimbang harga pasar? Tapi dengan kepedulian, semuanya bisa saja terjadi. Gerakan ini terbukti bisa menolong para petani Cabai di Bantul. Setidaknya para petani tersebut bisa kembali modal.

Bermula dari Menolong Petani Ikan di Sleman

Kiprah Jogja Tetulung sebetulnya sudah mulai dikenal sejak membantu memasarkan hasil perikanan dari petani ikan di Sleman. Waktu itu, pasar ikan Nogotirto yang berada di Jalan Kabupaten, banyak dibanjiri hasil panen ikan dari lereng Merapi. Ikan-ikan tersebut, sebelum pandemic Covid-19 biasanya langsung disetorkan ke hotel dan rumah makan.

Tetapi karena pandemi Covid-19 banyak rumah makan dan hotel yang tutup. Akibatnya pasokan ikan dari para petani tidak terserap pasar. Padahal jika dibiarkan tetap di kolam, ikan butuh makanan yang tidak sedikit. Semakin lama dipanen maka biaya pakan pun akan semakin besar ditanggung petani. 


Melihat kondisi seperti itu, pegiat Jogja Tetulung tergerak untuk membantu. Melalui pesan whatsapp kabar tentang kondisi petani ikan cepat menyebar. Selain itu komunitas Jogja tetulung juga aktif di media sosial Facebook.

Kini Grup Facebook Jogja Tetulung sudah beranggotakan hampir 2000 akun. Anda bisa bergabung melalui tautan berikut Jogja Tetulung.

Dwi Kuswantoro Jogja Tetulung
FB: Dwi Kuswantoro


Dwi Kuswantoro, penggagas sekaligus admin Jogja Tetulung melalui akun Facebooknya mengungkapn:
Warga Jogja, telah membuktikan solidaritas dan gotong-royong mampu menjadi solusi bagi UMKM terdampak Covid-19. Petani ikan di Nogotirto di Sleman dan Petani Cabai Bantul, telah kembali tersenyum.

Sebentar lagi akan masuk musim panen bawang merah teman2 petani di Selopamioro, Imogiri Bantul. Jumlahnya diperkirakan mencapai 3.000 ton. Sangat mungkin harga jatuh karena panen raya.
Ayo kembali bersiap, bantu mereka. Awal musim panen dimulai Bulan Juli 2020.

Dwi Kuswantoro
21 Juni pada 00.52

Mendapat Apresiasi dari Bupati Bantul

Kepedulian Komunitas Jogja Tetulung juga mendapat sambutan dari Bupati Bantul. Secara resmi Dwi Kuswantoro dan kawan-kawan diterima Bupati Bantul beberapa waktu lalu.

Menurut Dwi Kuswantoro, SE, M.EK, solidaritas dan gotong royong saling membantu masih tertanam kuat di masyarakat kita. Inilah keyakinan dan landasan pikir gerakan Jogja Tetulung.

Kini kiprah Jogja Tetulung terus akan dinantikan, tentu dengan dukungan seluruh elemen masyarakat yang ternyata masih memiliki rasa kepedulian tinggi. [s]

LihatTutupKomentar