Suara Gajah Mada - Berawal dari keprihatinan paska gempa yang melanda
Bantul pada tahun 2006, Lasiyo Syaifuddin tergerak untuk berbuat sesuatu untuk
masyarakat sekitar. Pada tahun 2007 atau beberapa bulan setelah gempa, ia masih
melihat puing rumah-rumah yang berserakan serta hamparan pekarangan, membuatnya
terbetik gagasan untuk menanam pisang. Alasannya sangat simpel, ia ingin
memberi tambahan penghasilan bagi masyarakat dan pohon pisang dianggap paling
cocok di tanam serta relatif cepat menghasilkan.
Pak Lasiyo Syaifuddin bersama Pohon Pisang Siap Tanam (Foto: kabartani.com) |
Warga Dusun Ponggok,
Sidomulyo, Bantul, Yogyakarta ini kemudian menyampaikan gagasan itu kepada
masyarakat dan pihak desa. Ia pun mendapat dukungan dari desa dengan pemberian
bantuan dana untuk pembelian bibit pohon pisang.
Penanaman tersebut dilakukan
secara masif, menurut Lasiyo, setiap Kepala Keluarga (KK) rata-rata mempunyai
100 pohon pisang. Dengan jumlah KK di dusun tersebut sekitar 300 KK. Meski
dengan pengalaman terbatas, pria kelahiran 1955 tersebut bertekad untuk bisa
berbuat sesuatu untuk dusunnya. Sebagai awalan, pisang yang ditanam tidak
pilih-pilih. Jenis yang ditanam antara lain pisang ambon, pisang raja, pisang
uter, pisang kepok, pisang klutuk dan pisang pulut.
Pihak desa memberikan bantuan
dengan nilai Rp 5000 per bibit. Dengan kerja keras dan kekompakan seluruh
warga, akhirnya bisa menyulap Dusun Ponggok seolah menjadi hutan pohon pisang. Untuk
mendampingi warga dalam mengelola perkebunan pisang, dibentuk kelompok tani. Sehingga
memudahkan dalam edukasi perawatan dan pasca panen.
Bergelar
“Profesor” Pisang
Gagasan Pak Lasiyo yang tampak
sederhana tersebut nyatanya mampu mengubah wajah Dusun Ponggok. Pria tamatan
kejas Paket B atau setara SMP itu secara tekun juga mempelajari seluk beluk
penanggulangan hama dan pemupukan pohon pisang. Khususnya secara alamiah dengan
bahan nabati. Sehingga pohon pisang yang ditanam bisa menghasilkan produk yang
bagus. Tak heran jika kemudian banyak ahli pertanian yang tertarik dengan
berbagai penemuannya.
Mereka tidak hanya datang dari
berbagai daerah di Indonesia. Melainkan juga para peneliti dari berbagai
negara, semisal Afganistan, Australia, Jepang, Italia bahkan Belanda. Pak
Lasiyo juga kerap diundang di perbagai seminar untuk berbagi pengalaman. Baik di
dalam maupun di luar negeri.
Kisah sukses Pak Lasiyo tentu
patut menjadi pelajaran bagi siapa saja yang ingin membangun desa. Untuk memberdayakan
masyarakat bisa melihat potensi lokal, bisa saja dari hal yang sangat
sederhana. Sehingga untuk bekerja dan berguna, tidak mesti harus merantau ke
kota. Atau berputus asa karena tidak diterima bekerja di perusahaan atau
menjadi pegawai negeri. Dengan niat yang tulus dan ketekunan, maka hasilnya cepat
atau lambat akan didapat. [e]
Anda
yang tertarik bisa belajar langsung ke Dusun Ponggok Sidomulyo Bambanglipuro
Bantul. Untuk mencapai lokasi ini, jika dari Kota Yogyakarta silakan melewati
Jalan Bantul (Pojok Beteng Kulon Kraton) ke selatan lurus. Sekitar 15 Km sampai
ketemu Puskesmas Bambanglipuro, kemudian ambil jalan arah ke timur.
Bisa juga mencermati Google Maps berikut